ADIL DAN BERADAB DALAM BERINFORMASI
ADIL
DAN BERADAB DALAM BERINFORMASI
Dalam kehidupan
sehari-hari kita sangat membutuhkan informasi. Pada zaman sekarang ini di mana
dunia sudah tidak ada batasnya lagi, kita dapat dengan mudah mengakses informasi apa saja. Dengan telpon
pintar yang hanya mengandalkan sentuhan jari, kita dapat dengan mudah
mengetahui apa yang sedang terjadi di negara lain yang sangat jauh jaraknya.
Kita
juga dapat dengan mudah mengakses informasi pribadi seseorang dengan
memanfaatkan sosial media. Selain menerima informasi kita juga dapat
menyebarkan informasi dengan mudah ke seluruh dunia. Mulai dari bangun tidur
sampai tidur kembali kita selalu berhubungan dengan informasi.
Lalu
apa sebenarnya arti informasi sesungguhnya? Jika kita mencoba mencari
pengertian informasi maka kita akan mendapatkan begitu banyak pengertian
informasi. Secara umum pengertian informasi adalah; pemberitahuan atau kabar berita yang disampaikan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Penegrtian
yang lebih mendalam lagi menyebutkan bahwa defenisi informasi adalah hasil
pengelolaan data yang memiliki arti atau manfaat bagi penerimanya. Ini berarti
bahwa tidak semua fakta atau berita yang kita terima merupakan informasi bagi
kita. Jika fakta atau berita itu tidak memiliki arti atau tidak dapat kita
ambil manfaatnya maka belum dapat dikatakan sebagai informasi.
Contohnya
kita menerima sepucuk surat yang berisi penawaran kerjasama yang ditulis dalam
bahasa asing, jika sebagai penerima kita tidak memahami isi surat tersebut maka
surat itu tidak bias menjadi informasi bagi kita.Lain halnya jika kita sudah
memahami isi surat itu, apakah dengan cara diterjemahkan oleh penerjemah atau
cara-cara lain, maka isi surat itu menjadi informasi yang berguna bagi
kita.Dalam contoh ini,surat dalam bahasa asing yang belum dipahami artinya
disebut data dan setelah diproses dengan cara diterjemahkan maka barulah ia
menjadi informasi.
Pertanyaannya,
apakah dalam realitasnya informasi tetap berada dalam tataran arti dan defenisi
di atas? Informasi selalu merupakan
interpretasi, maka tidak mengherankan bahwa rekayasa informasi menelusup masuk
di antara celah-celah nilai, gagasan dan opini. Rekayasa itu pula yang mendorong pencitraan sehingga sulit dibedakan
antara realitas, representasi, kepalsuan, simulasi dan hiperrealitas.Dengan
demikian , pencitraan mendiskualifikasi
kategori kebenaran karena pencitraan merancukan kebenaran.
Tema tulisan ini adalah
“adil dan beradab dalam berinformasi”. Apa
arti adil?Adil berarti ; (1) sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak:
keputusan hakim itu adil; (2) berpihak kepada yang benar; berpegang pada
kebenaran; (3) sepatutnya; tidak sewenang.Apa arti beradab? Mempunyai adab;
mempunyai budi bahasa yang baik; berlaku sopan; telah maju tingkat kehidupan
lahir bathinnya.
Itu artinya dalam
berinformasi, ental langsung maupun melalui media apa pun, aspek keadilan dan
peradaban harus tetap diperhatikan, sehingga kebenaran dari informasi yang kita
berikan dan kita terima tidak melenceng jauh hingga merugikan orang lain dan
juga diri kita sendiri.
Dewasa ini, begitu
banyak berita atau informasi simpang siur memenuhi jagat dunia maya dan nyata.
Puluhan bahkan ratusan informasi bisa diterima seseorang dan dampaknya bisa
sangat merugikan, mengganggu ketenangan dan menimbulkan ketakutan tertentu
dalam diri perorangan dan kelompok masyarakat.
Atas dasar realita di
atas, setiap pribadi diajak untuk adil dan beradab dalam berinformasi. Sarana
komunikasi yang sudah semakin canggih jangan sampai dipakai diluar tujuan
penciptaan atau pembuatannya. Banyak sekali perilaku masyarakat dewasa ini yang
kurang memperhatikan kaidah keadilan dan keberadaban dalam menggunakan sarana
komunikasi untuk memeberikan dan menerima informasi. Gambar-gambar atau
tayangan-tayangan yang tidak seharusnya disebarkan pun bisa dengan leluasanya
memenuhi lalu lintas jejaring media sosial. Tindak kekerasan pun malah bisa
tersebar secara masif dengan dalih supaya berhati-hati terhadap sikap atau
perilaku tertentu seperti yang terdapat dalam gambar atau tayangan tersebut.
Bahkan dengan pesan, “kalau anda peduli, sebarkan gambar atau tayangan ini”.
Adil dan beradab dalam
berinformasi mau membangun suatu sikap positif dalam memperlakukan, menyikapi
dan memakai atau menggunakan media komunikasi sosial.Dalam Inter Mirifica, yaitu dekrit tentang upaya-upaya komunikasi sosial
dikatakan hendaknya para penerima informasi, terutama di kalangan kaum muda
berusaha mengendalikan diri dan menjaga ketertiban. Selain itu, hendaknya
mereka berusaha memahami secara lebih mendalam apa yang mereka lihat, dengar
dan baca. Hendaklah itu mereka percakapkan dengan para pendidik dan para ahli,
dengan itu mereka belajar memberi penilaian yang saksama. Sedangkan para orang
tua hendaknya menyadari sebagai kewajiban mereka; menjaga dengan
sungguh-sungguh, supaya tayangan-tayangan, terbitan-tebitan tercetak dan lain
sebgainya, yang bertentangan dengan keadilan dan keadaban, iman dan tata
susila, jangan sampai memasuki ambang pintu rumah tangga, dan jangan sampai
anak-anak menjumpainya di luar lingkup keluarga.
Salah satu tokoh dalam
Suci yang kita jadikan contoh dalam berinformasi secara adil dan beradab adalah
Bunda Maria.Saat Maria mendengar kabar dari Malaikat Gabriel, ia tidak serta
merta merasa bangga, merasa hebat dan merasa dipercaya. Maria juga menyimpan
dalam hatinya banyak peristiwa yang terjadi pada dirinya (Luk 1 : 26 – 31).
Maria mengkomunikasikan kabar gembira yang diterimanya dengan bersikap taat
kepada kehendak Bapa. Dengan kata lain, Maria tidak serampangan dalam menerima
dan memberikan informasi. Ia pertimbangkan secara matang, sejauh mana informasi
atau kabar itu membawa keadilan dan keberadaban bagi dirinya dan sesamanya.
Maka, sebagai umat
katolik yang hidup di tengah gempuran media komunikasi yang kian canggih,
dalamnya berseliweran informasi entah yang kita terima maupun yang kita
kirimkan, hendaknya kita selalu memperhatikan aspek keadilan dan
keberadabannya. Dengan demikian kita tidak menimbulkan ketakutan bagi sesama,
tapi membawa kegembiraan.Dan Maria adalah model kita dalam berinformasi. Setiap
informasi yang kita terima, kita renungkan dan teliti kebenarannya. Setiap
informasi yang kita sebarkan atau kirimkan hendaknya kita teliti kebenarannya
sehingga aspek adil dan beradabnya tak terganggu.
Tangerang, 28 Juli 2017.
Penulis.
Komentar
Posting Komentar