MELAYANI DENGAN ADIL DAN BERADAB

MELAYANI DENGAN ADIL DAN BERADAB
          Tulisan ini akan menguraikan kepada pembaca megenai pelayanan Gereja Katolik di Negara Pancasila, terutama berkaitan dengan sila kedua yaitu: Kemanusiaan yang adil dan beradab. Maka terlebih dahulu kita akan memahami arti dari masing-masing kata dalam judul di atas; kemudian kita diarahkan untuk melihat dasar pelayanan  dan bidang-bidang pelayanan Gereja Katolik dan kemudian pentingnya sikap adil dan beradab dalam pelayanan.
Apa arti melayani? Melayani berarti ; membantu menyiapkan (mengurus) apa-apa yang diperlukan seseorang;  menerima  (menyambut) ajakan (tantangan, serangan, dsb) ; mengendalikan: melaksanakan penggunaannya.
Apa arti adil?Adil berarti ; (1) sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak: keputusan hakim itu adil; (2) berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran; (3) sepatutnya; tidak sewenang.
Apa arti beradab? Mempunyai adab; mempunyai budi bahasa yang baik; berlaku sopan; telah maju tingkat kehidupan lahir bathinnya.
Di atas adalah pengertian dari melayani, adil dan beradab sesuai kamus besar bahasa Indonesia.Dari arti ketiga kata itu amat jelas bahwa manusia adalah fokus utamanya. Manusia jadi subyeknya.
Gereja dipanggil untuk melayani manusia, seluruh umat manusia. “Melayani” adalah kata penting dalam ajaran Yesus. Pada Perjamuan Malam terakhir, Yesus membasuh kaki para murid-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa para pengikut Yesus harus merendahkan diri dan rela menjadi pelayan bagi sesamanya. Jika orang  ingin menjadi terkemuka, ia harus rela menjadi pelayan. Yesus sendiri menegaskan, “Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani” (Mrk 10; 45). Itulah sikap yang diharapkan oleh Yesus terhadap murid-murid-Nya.
Yesus sangat menekankan semangat pengabdian dan semangat pelayanan kepada murid-murid-Nya yang rupanya sangat berambisi untuk memiliki kedudukan dan kekuasaan. Salah satu sikap Yesus yang amat mencolok adalah penolakan-Nya terhadap feodalisme atau masyarakat yang bertingka-tingkat dengan mebedakan golongan orang.(Mat 20: 25-28)
Yesus mengenal struktur masyarakat feodal. Adanya kelas-kelas dan tingkat-tingkat itu biasa dalam masyarakat. Tetapi, kata-Nya: tidaklah demikian di antara kamu. Kamu harus lain. Sikap yang Kuajarkan kepadamu adalah sikap melayani. Yesus tidak pernah menganggap orang lain lebih rendah dari pada diri-Nya. Yesus mengetahui  bahwa sebetulnya Ia tidak sama dengan yang lain. Ia berkata, “ Kamu menyebut Aku, Guru dan Tuhan, katamu itu tepat, sebab memang Akulah  Guru dan Tuhan. Jadi, jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu wajib saling membasuh kaki!” ( Yoh 13: 13-14). Karena Anak Manusia datang bukan untuk dilayani,  melainkan untuk melayani!” ( Mrk 10 ; 45). Itulah sikap yang diharapkan Yesus dari murid-murid-Nya. “Janganlah kamu disebut rabi (guru) , sebab hanya satu gurumu dan kamu semua adalah saudara!” (Mat 23; 28).
Gereja tidak lebih pintar sehingga harus menggurui orang lain. Semua adalah saudara dan harus saling membantu dalam mencari jalan dan arah hidup. Paulus mengatakan bahwa tidak ada orang Yahudi atau Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan karena kita semua adalah satu di dalam Kristus Yesus (Gal 3 ; 28). Maksudnya, Kristus telah menghapus perbedaan suku dan ras, perbedaan tingkat sosial atau kelas, dan juga pria dan wanita sama saja di hadapan Tuhan.
Mana sajakah  bidang-bidang pelayanan Gereja? Pelayanan Gereja  dapat bersifat ke dalam, tetapi juga keluar. Pelayanan ke dalam adalah pelayan untuk membangun jemaat. Pelayanan ini pada dasarnya dipercayakan kepada hierarki, namun awam pun diharapkan berpartisipasi di dalamnya, misalnya dengan melibatkan diri dalam kepengurusan Dewan Keuskupan, Dewan Paroki, Pengurus Wilayah/Lingkungan, dan sebagainya.
Menyangkut pelayanan keluar, yang lebih difokuskan adalah pelayanan demi kepentingan masyarakat luas. Hal ini didasarkan pada tugas Gereja melanjutkan karya Yesus, yakni mewartakan Kerajaan Allah kepada seluruh umat manusia. Kerajaan Allah baru terwujud secara sempurna pada akhir zaman, tetapi Kerajaan Allah harus diwujudkan mulai dari dunia ini.
Dalam Injil tersirat kesadaraan bahwa misi atau tugas Gereja pertama-taman bukan “penyebaran agama”, melainkan Kabar Gembira (Kerajaan Allah) yang relevan dan mengena pada situasi  konkret manusia dalam dunia yang majemuk ini.
Menjadi pelayan Kerajaan Allah berarti berusaha dengan segala macam cara ke arah terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah masyarakat, misalnya persaudaraan, kerja sama, dialog, solidaritas, keterbukaan, keadilan, hormat kepada hidup, memperhatikan yang lemah, miskin, cacat, tertindas, tersingkirkan dan sebagainya. Melayani dengan adil, itulah yang jadi penekanan dari tugas Gereja, yang bersumber pada ajaran Yesus sebagaimana diuraikan di atas. Adil berarti meberikan pada orang apa yang menjadi haknya.Artinya, dalam melayani tidak boleh mengejar keuntungan pribadi dengan mengorbankan dan merugikan orang lain.Mencari keuntungan berarti merampas hak orang lain.
Melayani dengan berlaku sebagai manusia yang beradab.Tata adab (Keberadaban yang  sopan santun) umumnya. Tata adab disebut dalam bahasa latin: Modsetia, yang berarti keutamaan yang mengatur gerak-gerik lahir manusia menurut budi yang waras dan kebiasaan (adat) baik setempat.Siapa teratur dan rapih dalam seluruh penghayatan hidupnya, dalam perjalanan, dalam gerak geriknya, dalam makan dan minumnya, dalam berbicara dan berdiam dirinya, orang  itu kita sebut beradab, dan lawannya biadab. Nah dalam menjalan tugas pelayanan, seseorang harus memiliki sikap beradap. Artinya yang dilayani itu harus diperlakukan sebagai tuan.
Tugas pelayanan Gereja Katolik adalah tugas untuk menjadikan manusia semakin bermartabat seperti yang dikehendaki Pencipta-Nya dan menjadikan dunia tempat mulai terwujudnya Kerajaan Allah.  Berlaku adil dan beradab merupakan  suatu keharusan bagi siapa saja dalam Gereja Katolik yang melayani sesamanya; mulai dari kalangan hierarkinya hingga kaum awamnya.
St. Teresa dari Kalkuta mengatakan; “ melayani orang-orang miskin untuk melayani hidup”.Ia tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan dengan segala cara untuk menekankan kecintaan terhadap hidup melalui setiap pelayanannya. Dengan mengikuti Injil, ia menjadi “orang Samaria yang baik hati” bagi setiap orang yang dijumpainya, bagi setiap hidup yang ada dalam krisis, menderita, dan hina. Jadilah pelayan yang adil dan beradab.Tuhan memberkati anda semua.

Tangerang, 22 Agustus 2017








Komentar

Postingan populer dari blog ini

MATERI UJIAN PRAKTEK KLS VI

RANGKUMAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SD, UNTUK BLOK TEST PERTAMA '20/'21

RANGKUMAN AGAMA KATOLIK SD, PERSIAPAN BLOK TEST KEDUA SMSTR 2 2019