MENGENAL AGAMA-AGAMA DI INDONESIA
MENGENAL
AGAMA - AGAMA DAN ALIRAN KEPERCAYAAN DI INDONESIA
Pendahuluan
Agama
adalah sistem kepercayaan kepada
Allah yang mempunyai dasar Kitab Suci yang jelas dan mempunyai seorang tokoh yang
dijadikan panutan dan teladan hidup. Dengan demikian, bergama bukan sekadar
mendapat status atau rajin beribadat. Beragama yang benar harus menjadikan agama
sebagai pedoman hidup sehari-hari.
Dalam Gereja Katolik, Yesus adalah pedoman dan
teladan hidup para pengikut-Nya. Orang katolik tidak melanjutkan agama Yesus, tetapi
meneladan ketaatan-Nya dalam beragama. Sebab Yesus seorang beragama Yahudi yang
taat. Teladan itulah yang perlu kita ikuti dalam hidup beragama.
Kenyataan membuktikan bahwa agama mempunyai arti
penting bagi para penganutnya. Karena itulah manusia beragama. Beragama
menunjukkan kerinduan manusia untuk menggantungkan hidupnya pada Allah yang
maha kuasa. Agama menjadi sarana manusia mengenal Allah dan membangun hubungan
dengan-Nya.
Ada enam agama yang diakui di Indonesia,yaitu
Islam,Protestan, Katolik,Hindu, Budha dan Kong Hu Cu, serta agama asli dan
aliran kepercayaan.
I. AGAMA
ISLAM
Indonesia merupakan
negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, yaitu sekitar 85% dari jumlah
penduduknya. Muslim adalah sebutan untuk penganut agama Islam. Mayoritas muslim
dapat dijumpai di wilayah barat Indonesia seperti di Jawa dan Sumatra,
sedangkan di wilayah Timur Indonesia prosentase penganutnya tidak sebesar di
kawasan Barat.
1. Hal
- hal pokok dalam ajaran Islam
Berikut ini beberapa
hal penting yang berkaitan dengan ajaran Agama Islam.
a. Asal
mula agama Islam
(1) Islam
(bahasa Arab) berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, masuk ke dalam suasana damai,
sejahtera, dan hubungan
serasi, baik antar sesama manusia maupun antara manusia dan Allah. Mereka mengimani bahwa agama Islam seluruhnya secara lengkap, sebagai
suatu sistem, berasal dari Allah
sendiri yang mewahyukannya kepada Nabi Muhammad dengan perantaraan Malaikat Jibril.
(2) Orang-orang
muslimin merupakan sebuah kelompok yang terjalin
erat berkat iman pada agama yang sama. Persekutuan muslimin ini disebut ummah atau ummat.
Ikatan berdasarkan agama yang
sama ini disebut ukhuwah islamiyah yang berarti persaudaraan Islam.
(3) Ummat
ini seharusnya dipimpin oleh seorang pemimpin yang disebut khalifah. Sejak hancurnya
ke-khalifah-an tahun 1256 karena
dihancurleburkan oleh padukan Mongol Hulagu, umat Islam mengalami kekosongan kepemimpinan sampai sekarang.
b. Tauhid,
nama - nama dan sifat - sifat Allah.
(1) Islam
merupakan agama monotheis dengan tekanan yang amat
kuat pada Allah yang Mahabesar ( Allahu Akbar) menjadi seruan yang kerap digunakan di mana - mana. Monoteisme Islam yang disebut
(tauhid) sedemikian ditekankan
sehingga tak ada toleransi sedikit pun terhadap apa pun juga yang dapat mengaburkan ke - Esa - an Allah. Syirk atau “men - syarikat - kan Allah” berarti menenmpatkan sesuatu,
betapa pun kecilnya, di samping atau sejajar dengan Allah. Syirk merupakan dosa yang terbesar.
(2) Allah
yang diimani mempunyai 20 sifat dan 100 nama yang indah. Orang muslim yang saleh mencoba selalu mengucapkan keseratus nama Allah yang indah
ini dengan pertolongan sebuah
tasbih yang berupa sebuah untaian 100 butir-butiran.
c. Iman
Islam
(1) Kesaksian
pokok iman Isalam dirumuskan dalam kalimat syahadat
yang terdiri atas dua kalimat (karena itu dinamakan juga “dua kalimat syahadat”). Kesaksian yang pertama adalah
kesaksian atas Allah Yanag Maha Esa,
sedangkan kesaksian
yang kedua atas Muhammad sebagai rasul Allah. Kalimat syahadat ini diucapkan pada waktu orang menjadi muslim ( sebagai ucapan upacara inisiasi dari non -
muslim ke Islam dan
waktu akad nikah).
(2) Syahadat
akan Allah Yang Maha Esa ini merupakan salah satu dari enam rukun
iman dalam Islam. Kelima rukun iman lainnya
adalah percaya kepada malaikat, kitab suci, rasul, hari kiamat, dan takdir
ialahi.
(3) Islam
mengajarkan bahwa dalam kurun waktu tertentu Allah memberikan wahyu-Nya kepada manusia tertentu dengan perantaraan Malaikat
Jibril. Orang yang mendapat wahyu ini disebut
nabi dan jumlahnya banyak sekali, antara lain Adam, Luth, Ibrahim, Daud, dan Isa. Bila nabi itu diutus
mewartakan wahyu yang
diterimanya itu kepada orang - orang lain, ia disebut
rasul, yang berarti utusan (Allah).
d. Kitab
suci agama Islam
(1) Didengarkan
juga oleh wahyu yang diberikan kepada para nabi berupa sebuah kitab suci yang merupakan kutipan
langsung dari induk
kitab suci (ummal kitab) yang tersimpan di surga (al lauh al mahfudz).
(2) Allah
memberikan Alquran kepada segenap umat manusia melalui
Muhammad dalam bahasa Arab dan merupakan kitab suci
terakhir dan tersempurna dari segala kitab yang pernah ada.
(3) Kedudukan
Alquran dalam kehidupan umat Islam sangatlah sentral,
melebihi kedudukan Muhammad sendiri. Di dalam Alquran
termuat wahyu ilahi sendiri secara sempurna, tanpa cacat sedikit pun. Termuat di dalamnya segala sesuatu
yang dibutuhkan bagi
kehidupan manusia dalam segala aspek kehidupannya, baik yang menyangkut hubungannya
dengan Tuhan ( hal ini
disebut ibadah) maupun yang mengatur peri kehidupan
antar manusia yang disebut mu’amalat. Oleh karena itu, Alquran sangat dihormati.
Membacanya pun merupakan suatu ibadat yang sangat mendatangkan pahala, tidak
hanya bagi yang membacanya melainkan
juga bagi yang
mendengarkannya. Supaya sebanyak mungkin orang dapat
memperoleh pahala, pembacaan Alquran tidak
hanya di dalam hati, tetapi
dengan suara yang dapat didengar oleh orang
lain.
e. Arkan
al-Islam
Islam berati penyerahan diri secara total kepada Allah.
Sebagai orang muslim sikap yang tepat
bagi seseorang di hadapan Allah adalah
takwa dan takut kepada Allah, taat pada segala perintah-Nya, sebagaimana dituliskan dalam Alquran.
Manusia adalah hamba dan abdi Allah.
Kewajiban - kewajiban pokok yang harus dijalankan oleh setiap orang muslim terangkum dalam lima rukun Islam atau pilar penyangga keislaman ( arkan al
islam), yakni syahadat, sholat lima waktu, saum (puasa dalam bulan Ramadhan), zakat,
dan haji (naik haji ke
Mekah).
f. Hukum
Islam (Al Ahkam al Khamsa)
(1) Tujuan hidup manusia adalah mencari rida
ilahi, mencari perkenanan
Allah, hidup sedemikian rupa sehingga Allah tidak
marah, melainkan berkenan. Perbuatan - perbuatan yang berkenan pada Allah (disebut halal)
mendatangkan pahala bagi
pelakunya. Sebalinknya, perbuatan yang menimbulkan kemarahan Allah (disebut haram) menimpakan
hukuman pada pelakunya.
(2) Ada 5 (lima) hukum Islam yakni :
(a) Wajib
atau Fardh : harus dilakukan
(b) Sunah
atau mustahab : sebaiknya dilakukan
(c) Mubah
atau jaiz : diperbolehkan
(d) Makruh : sebaiknya tidak dilakukan
(e) Haram : dilarang
(3) Halal haramnya sesuatu dapat diketahui dari
Alquran sendiri. Bila
tidak ada di dalam Alquran, diaculah sumber yang kedua, yakni sunah Nabi, yaitu perkataan, tingkah laku, dan perbuatan Nabi
Muhammad sendiri. Sunah Nabi dikumpulkan dalam
kitab - kitab yang disebut Kitab Hadis. Hadis berarti tradisi, tetapi di sini
hanyalah tradisi atau adat kebiasaan Muhammad
itu sendiri.
g). Mistik dalam Islam
(tasawuf)
Dalam
sejarah perkembangan umat Islam, ilmu fikih (hukum Islam ) menempati peranan yang utama. Karena terlalu menekankan hukum, muncullah penghayatan keagamaan yang
sangat legalistis. Hubungan dengan Allah
menjadi kering, sehingga muncullah gerakan
mistik dalam umat Islam dan cara penghayatan keagamaan ini terkenal denagan nama tasawuf, sedangkan orang yang menjalankan cara hidup ini disebut sufi. Hampir
semua wali dari Wali Songo yang
menyebarkan Islam di Pulau Jawa adalah orang - orang
sufi.
h) Sikap agama Islam terhadap agama lain
Sikap
Islam terhadap agama lain terungkap antara lain dalam surat berikut:
(1) Surah
Al Baqarah 62
Dalam hubungannya dengan agama lain, Islam
mempunyai sikap dasar
toleransi yang tinggi. Tolerasi Islam digariskan langsung oleh Allah dalam Alquran.
Misalnya dalam surah Al Baqarah 62 disebutkan
: “Sesungguhnya orang - orang yang beriman dan orang
Yahudi dan Nasrani dan kaum Shobiin
itu adalah orang - orang yang
percaya kepada Allah, hari kiamat, dan beramal soleh maka mereka mendapat
pahala di sisi Tuhannya, dan tidak ada ketakutan
bagi mereka dan juga tidaklah mereka merasa patah hati.”
(2) Surah
Al Maidah 82 - 83
(a) Dalam
surah Al Maidah 82 disebutkan: “ Dan sesungguhnya kamu akan mendapatkan orang - orang yang
paling dekat rasa kasih sayangnya
kepada orang - orang mukmin ialah mereka yang
menyatakan dirinya: kami adalah orang - orang Nasrani.”
(b) Dalam
Islam juga ada keyakinan bahwa tidak ada paksaan dalam hal memeluk agama. Bahkan, Nabi Muhammad SAW
sendiri telah banyak memberi contoh
bagaimana ia menghormati dan
menyayangi orang yang beragama lain.
(c) Di
dalam Alquran disebutkan juga berbagai tokoh dari Perjanjian Baru. Isa, yang dilahirkan dari Ibu Maryam, dikisahkan dengan panjang
lebar sebagai seorang nabi yang istimewa
lahir melalui mukjizat, tanpa ayah, mengajar, dan membuat banyak mukjizat. Ia pun terberkati, kudus, murni, rasul Allah, jalan orang saleh, pengantara,
bahkan disebut sebagai kalimat Allah
dan Roh Allah. Akan tetapi, Dia bukanlah
Allah. Maria diceritakan berkaitan dengan Isa Almasih
Ibu Maryam ini. Bagian Alquran yang memuat hal ini dinamakan surah al Maryam.
i) Hari
raya agama Islam
Ada beberapa hari raya agama Islam yang dijadikan hari
libur nasional, yaitu Idul Fitri, Idul Adha, Maulud Nabi, dan Tahun Baru
Islam (1 Muharam).
Kristen berkembang di Indonesia selama masa kolonial Belanda
(VOC), pada sekitar abad ke - 16. Kebijakan VOC yang mereformasi Katolik dengan
sukses berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Kristen Protestan (yang
kemudian disebut Kristen) di Indonesia. Agama ini berkembang sangat pesat pada
abad ke - 20, yang ditandai oleh kedatangan para misionaris dari Eropa ke
beberapa wilayah di Indonesia, seperi di wilayah barat Papua dan lebih sedikit
di kepulauan Sunda.
1. Sejarah
singkat pemisahan Gereja
a. Gereja
Lutheran
Keadaan Gereja pada abad XVI mengalami kemerosotan moral yang sangat memprihatinkan. Paus saat itu menjadi sangat berkuasa. Ia memegang supremasi,
baik dalam urusan Gereja maupun politik kenegaraan. Paus tampil sebagai
penguasa tunggal yang cenderung otoriter.
Komersialisasi jabatan Gereja dipertontonkan
secara terbuka. Banyak pejabat Gereja menjadi pangeran duniawi dan melalaikan
tugas rohani mereka. Banyak imam - imam paroki tidak terdidik, hedonistis,
bodoh, tidak mampu berkhotbah, dan juga tidak mampu mengajar umat. Keadaan
semacam ini terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama. Teologi skolastik
menjadi mandul dan masalah dogmatis dianggap sebagai perdebatan tentang hal
sepele antara aliran teologis. Banyak persoalan teologi mengambang dan tidak
pasti.
Banyak kebiasaan dalam umat belum seragam.
Iman bercampur takhayul, kesalehan berbaur dengan kepentingan duniawi. Kegiatan
keagamaan dianggap sebagai sebuah rutinitas sosial sehari-hari, serta mencampur
adukan hal - hal profan dengan hal - hal yang suci atau sakral.
Dalam situasi seperti itu, banyak orang
merasa terpanggil untuk memperbarui hidup Gereja, namun kurang mendapat
tanggapan. Kemudian tampillah Martin Luther. Luther mula - mula
menyerang masalah penjualan indulgensi yaitu orang dapat menghapus dosanya
dengan cara memberikan sejumlah uang di gereja.
Martin Luther yang seorang pastor itu
kemudian membela beberapa pandangan baru khususnya ajaran tentang “pembenaran
hanya karena iman”, (Sola Fide). Luther menyerang
wewenang Paus dan menolak beberapa ajaran teologi sebelumnya dengan bertumpu
pada Alkitab sesuai tefsirannya.
Pada dasarnya Luther tidak menginginkan
perpecahan dalam Gereja. Ia ingin memelopori pembaruan dalam Gereja, tetapi
kemudian ia terseret oleh arus yang disebabkan oleh rasa tidak puas yang umum
dalam umat yang mendambakan pembaruan yang bentuknya kurang jelas. Ajaran -
ajaran para teolog yang mendukung peprbuatan - perbuatan saleh kini diragukan
Luther. Indulgensi, stipendium untuk misa arwah, sumbangan untuk membangun gereja
bersama dengan patung - patung yang menghiasinya, pajak untuk Roma, ziarah dan
puasa, relikui dan kaul - kaul; semua itu tidak ditemukan dalam kitab suci,
sehingga ditolak oleh Luther. Luther menegaskan semuanya itu tidak bermanfaat
untuk memperoleh keselamatan, yang diperlukan hanya satu, yaitu beriman (sola
fide). Orang yang percaya dibenarkan Allah tanpa mengindahkan perbuatan
baik manusia (sola gratia), lalu dengan sendirinya orang yang dibenarkan
itu akan berbuat baik dengan bebas dan tenang, bukan karena rasa cemas akan
keselamatannya. Jadi, rasa lega membuat orang tertarik kepada kotbah Luther
yang disebarluaskan di seluruh Jerman. Sola
fide - fides ex audito - “Hanya iman, dan dalam iman karena mendengar” itu
sudah cukup untuk menjamin keselamatan.
Jadi menurut Luther tujuh sakramen tidak
penting lagi, selibat tidak berguna, hidup membiara tidak berarti. Semuanya itu
buatan ‘paus’ semata dan hanya untuk mengejar kuasa dan untung. Akibatnya imam,
biarawan, dan suster berbondong-bondong meninggalkan biara. Luther didukung
oleh banyak kelompok dengan alasan berbeda-beda, misalnya para bangsawan yang
ingin memiliki biara, warga kota yang mendambakan kebebasan berpikir, para
petani yang ingin lepas dari kerja rodi dan pajak, para nasionalis yang membenci
privilege Roma, para humanis yang
ingin membuang kungkungan teologi skolastik, para pemerintahan kota - kota kerajaan yang mencium kesempatan memperluas
wewenang mereka di kota. Luther tampil sebagai pahlawan pembebasan. Ia disambut
dengan antusias. Akhirnya pembaruan sungguh-sungguh dimulai. Mula - mula Roma
kurang menyadari apa yang terjadi dan kemudian bereaksi keliru sehingga pada
akhirnya tidak mampu mengarahkannya lagi.
Banyak hal baru dimulai, namun tidak jarang
merupakan perusakan yang lama saja dan bukan merupakan reformasi Gereja yang
lama.Akan tetapi, orang sudah terlalu lama menunggu adanya perubahan.Mereka
tidak sabar lagi. Akhirnya ekskomunikasi Luther oleh Paus Leo X (1520) dan
pengucilan oleh kaisar (1523) tidak dapat membendung gerakan ini lagi. Roma
tidak memahami reaksi dahsyat di Jerman ini dan tidak cepat bertindak seperti
abad - abad sebelumnya.
Luther lalu mulai menyerang umat yang setia
kepada paus. Tuntutannya semakin radikal. Persatuan Gereja tidak dicari
lagi,bahkan diboikot. Para bangsawan pendukungnya tidak tertarik pada persatuan
kembali antara lain karena milik gerejani yang mereka rampas tidak mau mereka
kembalikan. Unsur keagamaan, politis, dan pribadi di kedua belah pihak
menyulitkan persatuan kembali. Reformasi selesai. Umat terpecah - belah ke
dalam kelompok Katolik, Lutheran, Kalvinis, Anglikan, dan
sebagainya.
b. Gereja
Kalvinis
Tokoh reformasi yang lain adalah Yohanes Calvin (1509
-1564).Tokoh ini tidak jauh berbeda dengan Luther. Ia ingin memperbarui Gereja
dalam terang Injil. Calvin, dalam bukunya yang berjudul “ Institutio
Christianne Religion”, menggambarkan Gereja dalam dua dimensi, yakni Gereja
sebagai persekutuan orang-orang terpilih sejak awal dunia yang hanya dikenal
oleh Allah dan Gereja sebagai kumpulan mereka yang dalam keterbatasannya di
dunia mengaku diri sebagai penganut Kristus dengan ciri-ciri pewartaan Injil
dan pelayanan sakramen-sakramen. Pengaturan Gereja ditentukan oleh struktur
empat jabatan, yakni pastor, pengajar, diakon, dan penatua.
c. Gereja
Anglikan
Anglikanisme bermula pada pemerintahan Henry
VII (1509 - 1547). Di Inggris Raja Henry VII menobatkan dirinya sebagai kepala
Gereja karena Paus di Roma menolak perceraiannya. Anglikanisme menyerap
pengaruh reformasi, namun mempertehankan beberapa corak Gereja ( Uskup - Imam -
Diakon), sehingga Gereja berkembang dengan warna yang khas.
Reaksi dari Gereja Katolik Roma atas gerakan
reformasi ini adalah “Kontra- Reformasi” atau “ Gerakan Pemabaruan Katolik”.
Gerekan pembaruan ini dimulai dengan menyelenggarakan konsili Trente. Melalui
Konsili Trente (1545 - 1563), Gereja Katolik berusaha untuk “menyingkirkan
kesesatan - kesesatan dalam Gereja dan menjaga kemurnian Injil”.
Konsili juga menegaskan posisi Katolik dalam
hal - hal yang disangkal oleh pihak reformasi (soal kitab suci dan tradisi,
penafsiran kitab suci, pembenaran, jumlah sakramen - sakramen, kurban misa,
imamat dan tahbisan, pembedaan imam dan awam serta lain-lainnya).
Konsili
Trente dan sesudahnya menekankan bahwa Gereja sebagai penjaga iman yang benar
dan utuh ditandai dengan sakramen - sakramen, khususnya Ekaristi yang
dimengerti serta dirayakan sebagai kurban sejati. Gereja bercorak hierarkis
yang dilengkapi dengan jabatan - jabatan gerejani dan imamat yang berwenang
khusus dalam hal merayakan Ekaristi, dan melayani pengakuan dosa; Gereja adalah
kelihatan dan ini menjadi jelas dalam lembaga kepausan sebagai puncaknya;
Gereja mewujudkan diri sebagai persekutuan para kudus lewat penghormatan pada
mereka (para kudus); Gereja menghormati Tradisi.
2. Ciri
- ciri Protestantisme
Protestantisme adalah paham yang
dianut oleh pengikut gereja Kristen.
Ciri - ciri paham protestantisme
antara lain sebagai berikut.
a) Gereja
diadakan oleh rahmat Tuhan, oleh pilihan, sabda, sakramen,dan anugerah iman. Gereja yang benar ini
tidak kelihatan dan tidak identik dengan Gereja - gereja yang
kita ketahui anggota dan
susunannya (yang disebut Gereja yang kelihatan). Gereja yang kudus adalah persekutuan orang yang
benar - benar beriman di segala tempat dan segala zaman. Gereja
memberitakan sabda Allah ‘secara murni’ dan melayani Sakramen
Pembaptisan dan Perjamuan Tuhan ‘dengan tepat’, yakni ‘sesuai
dengan Alkitab’
Gereja-gereja yang
kelihatan dan jemaat - jemaat setempat kurang lebih menampakkan Gereja yang kudus
dan Katolik, tetapi tidak sama dengan-Nya, sebab di antara
anggota - anggota Gereja yang kelihatan itu terdapat yang tidak dibenarkan
karena kurang beriman. Oleh karena itu, adanya banyak
Gereja yang sering kali berhubungan satu sama lain, diterima saja,
karena di antara mereka itu tidak satu pun dapat menganggap
diri sebagai Gereja yang kudus.
b) Kitab
suci adalah satu - satunya sumber ajaran dan susunan Gereja. Maka,
sola scriptura ( diselamatkan karena kitab suci) adalah prinsip
formal protestantisme. Alkitab menjelaskan sendiri artinya kepada setiap orang yang
membacanya sehingga Gereja tidak berwenang
membari tafsiran autentik.
c) Pembenaran
orang dari semula sampai pada akhirnya semata - mata karena rahmat ilahi (sola gratia).
Tuha menyatakan orang beriman
benar bukan karena ia benar, melainkan karena kebenaran
yang lain, yaitu kebenaran Kristus yang dikenakan padanya. Perbuatan baik manusia adalah
buah rahmat ilahi semata-
mata, tetapi tidak berarti untuk memperoleh pembenaran. Maka, keselamatan
diharapkan hanya dari sabda ilahi saja.
d) Sabda
Ilahi adalah satu - satunya sarana rahmat yag dapat berbentuk
Alkitab, khotbah, sakramen, dan pembicaraan rohani. Sakramen tidak lain daripada sabda ilahi dalam
bentuk kelihatan, artinya
yang dialami dan bukan hanya didengar. Akibatnya ibadat/liturgi tidak begitu mendapat perhatian.
Selain pembaptisan, dirayakan
juga Perjamuan Tuhan yang tidak dianggap kurban dan tidak mengenal perubahan
(transsubtantiatio) roti dan anggur ke dalam
Tubuh dan Darah Kristus. Sebagian besar jemaan Kristen mengimani bahwa Kristus hadir dalam Perjamuan Tuhan
berkat iman orang bertemu
dengan Kristus sewaktu menerima komuni.
e) Imamat umum semua orang beriman saja yang
diakui, sehingga pendeta
dan awam hanya berbeda menurut fungsi saja tanpa perbedaan rohani secara eksistensial.
f) Ciri
- ciri tersebut membedakan protestantisme dari katolisisme dan
ortodosisme, sedangkan anglikanisme berada di tengah-tengahnya. Paham protestantisme
masih memiliki perbedaan pandangan
yang luas sekali. Karena kurangnya instansi yang dapat mengambil keputusan yang mengikat, timbul banyak
Gereja Kristen Protestan.
3. Persamaan
dan perbedaan antara katolisisme dan protestantisme:
Gereja Katolik dan Gereja Protestan memiliki banyak persamaan, terutama
menyangkut hal - hal fundamental, karena berasal dari Yesus Kristus yang diakui
oleh keduanya sebagai dasar Gereja. Keduanya mengakui Allah yang sama, para
nabi, kitab suci, dan syahadat yang sama. Hanya ada sejumlah perbedaan
penafsiran dan penekanan.
Perbedaan
paham katolisisme dan protestantisme antara lain adalah sebagai berikut:
No
|
Katolisisme
|
Protestantisme
|
1
|
Tekanan ada pada sakramen dan pada segi Sakremen
(tanda kelihatan) dari karya keselamatan Allah.
|
Tekanan pada sabda/pewartaan dan pada segi misteri
karya Allah.
|
2
|
Kultis,
yang artinya mementingkan kurban (Ekaristi)
|
Profetis,
yang artinya terpusat pada sabda (pewartaan).
|
3
|
Hubungan dengan Gereja menentukan hubungan dengan
Kristus.
|
Hubungan dengan Kristus menentukan hubungan dengan
Gereja.
|
4
|
Gereja secara hakiki bersifat hierarkis.
|
Segala pelayanan gerejawi adalah ciptaan manusia.
|
5
|
Kitab suci dibaca dan dipahami di bawah pimpinan
hierarki.
|
Setiap orang membaca dan mengartikan kitab suci.
|
6
|
Jumlah Kitab suci 73, termasuk Kitab
Deuterokanonika, yaitu 1,2 Makabe, Sirakh, Kebijaksanaan, Tobit, Yudith dan
Barukh.
|
Jumlah Kitab suci 66, Kitab Deuterokanonika tidak
teramasuk.
|
7
|
Ada 7 Sakramen
|
Ada 2 Sakramen, yaitu Sakramen Baptis dan
Ekaristi/Perjamuan Tuhan.
|
8
|
Ada devosi kepada para kudus
|
Tidak menerima devosi kepada para kudus.
|
Agama Hindu tiba di Indonesia pada abad pertama Masehi,
bersamaan waktunya dengan kedatangan agama Budha, yang kemudian menghasilkan
sejumlah kerajaanHindu-Budha, seperti Kutai, Mataram, dan Majapahit.
1. Aliran
dalam agama Hindu
Dalam agama Hindu terdapat banyak aliran dan kelompok.Salah satunya yang
ada di Indonesia, yang sejak Mahasabda Parishada Hindu Dharma Indonesia (PHDI)
tahun 1993, disebut agama Hindu Dharma.
2. Ibadat
Unsur pokok penghayatan agama Hindu Dharma muncul dalam bentuk ibadat,
khususnya berupa upacara - upacara harian yang dilaksanakan di tempat - tempat
dan pada saat - saat yang berkaitan dengan erat dengan irama hidup manusia
setiap hari, seperti di sekitar rumah tinggal, sumber - sumber air, serta waktu
- waktu penting lainnya.
Hal yang langsung berhubungan dengan ibadat adalah bangunan - bangunan
pura yang tidak hanya merupakan tempat upacara ibadah dilaksanakan, tetapi juga
menjadi pusat kebudayaan dan hidup sosial.
3. Kitab
Suci agama Hindu
Dalam Hindu Dharma terkenal kitab - kitab Weda, Usana Bali, dan juga Upanisad.
Isi tulisan suci ini beraneka ragam, tetapi bagian yang terbesar berupa doa dan
himne,juga ajaran mengenai Allah (Brahman), dewa - dewa, alam, dan manusia.
Ajaran - ajaran tersebut tidak mengikat secara ketat dogmatis, sehingga ada beraneka
ragam aliran dan pandangan dalam ajaran Hindu.
4. Ajaran
yang pokok
Yang menjadi tujuan pokok hidup manusia menurut Hindu Dharma adalah
moksa, yaitu pemebebasan dari lingkaran reinkarnasi yang tak habis- habisnya
(samsara). Pemebebasan ataupun moksa ini dapat dicapai melalui tiga jalan
(tirmarga), yaitu karma-marga, jnana-marga,
dan bhakti-marga.
l Melalui
karma-marga orang ingin mencapai moksa dengan melakukan karya, askese
badani, yoga, tapa, ketaatan pada aturan - aturan kasta. Karya - karya yang
paling berharga dalam karma-marga adalah samskara, yakni kedua
belas upacara liturgis yang berkaitan dengan tahap-tahap kehidupan seseorang.
l Melalui
jnana-marga, penyucian diri guna mencapai moksa dilakukan dengan jalan
askese budi, yaitu mengheningkan cipta dalam meditasi, dengan tujuan semakin
menyadari kesatuan dirinya dengan Sang Brahma.
l Melalui
bhakti-marga orang menyucikan diri dengan penyerahan diri seutuhnya
menuju pertemuan dalam cinta kasih dengan Tuhan.
5. Kata
-kasta
Agama Hindu (di India) memang mengenal pembagian masyarakat menjadi
empat kasta (caturwarana), yaitu brahmana, ksatria (keduanya adalah kasta
bangsawan, rajawi), waiseya (petani, prajurit, dan pedagang) dan
sudra/jaba (rakyat jelata). Sebenarnya di luar keempat kasta ini masih ada
kelompok kelima yang disebut paria, yakni mereka yang tersisih, tak
mempunyai tempat sosial, marginal dan terbuang. Namun demikian, dalam agama
Hindu Dharma saat ini pembagian tersebut hanya tinggal sisa -sisa yang tak
begitu berarti.
6. Hari
raya agama Hindu
Hari raya Nyepi merupakan hari besar agama Hindu. Kendati hari Nyepi ini
jatuh pada pergantian tahun baru Saka, hari tersebut bukanlah hari mengadakan
perayaan pesta, melainkan hari untuk menyucikan dan memperkuat diri terhadap
pengaruh roh-roh jahat.
Pada hari raya Nyepi umat Hindu dilarang menyalakan api, melakukan
pekerjaan, bepergian dan melangsungkan hubungan seks. Selain hari raya Nyepi,
juga ada hari raya lain, yaitu Galungan (yang jatuh pada hari Rabu Kliwon) dan
wuku dungulan (setiap 210 hari sekali, yang bertujuan untuk memohon ke hadapan
Ida Sanghyang Widhi, Batara-Batari, dan para leluhur agar pemujaannya
dianugerahi keselamatan dan kesejahteraan.
Budha merupakan agama tertua kedua di Indonesia, yang datang
pada sekitar abad keenam masehi. Sejarah Budha di Indonesia berhubungan erat
dengan sejarah Hindu, sejumlah Kerajaan Budha telah dibangun sekitar periode
yang sama, seperti Kerajaan Sailendra, Sriwijaya, dan Mataram. Kedatangan agama
Budha telah dimulai dengan aktivitas perdagangan yang dimulai pada awal abad
pertama melalui Jalur Sutra antara India dan Indonesia. Sejumlah warisan dapat
ditemukan di Indonesia mencakup Candi Borobudur di Magelang dan patung atau
prasasti dari sejarah Kerajaan Budha yang lebih awal.
1. Sidharta
Gautama
Agama Budha adalah sebuah agama dan filsafat
yang berasal dari anak benua India dan meliputi beragam tradisi kepercayaan,
dan praktik yang sebagian besar berdasarkan pada ajaran yang dikaitkan dengan Sidharta Gautama, yang secara umum
dikenal sebagai Sang Budha (berarti “yang telah sadar” dalam bahasan Sansekereta
dan Pali).
Sang Budha hidup dan mengajar di bagian timur anak benua
India dalam beberapa waktu antara abad ke - 6 sampai ke-4 SM. Beliau dikenal
oleh para umat Budha sebagai seorang guru yang telah sadar atau tercerahkan,
yang membagikan wawasan-Nya untuk membantu makhluk hidup mengakhiri
ketidaktahuan/kebodohan (avidya`), kehausan/nafsu rendah (tanha`),
dan penderitaan (dukkha), dengan menyadari sebab musabab saling
bergantungan dan sunyatam dan mencapai nirwana (pali: Nibbana).
2. Kitab
Suci Agama Buddha
Setiap aliran Budha berpegang kepada Tripitaka sebagai rujukan utama karena
di dalamnya tercatat sabda dan ajaran Sang Hyang Buddha Gautama. Pengikut -
pengikutnya kemudian mencatat dan mengklasifikan ajarannya dalam 3 buku, yaitu Sutta
Pitaka (kotbah - kotbah Sang Buddha, Vinaya Pitaka (peraturan/tata
tertib para biksu (bhikku), dan Abhidhamma Pitaka (ajaran hukum
metafisika dan pdikologi).
3. Inti
Ajaran agama Buddha
Inti ajaran Buddha mengenai hidup manusia tercantum dalam catur Arya
Satya, yang berarti Empat Kasunyatan atau kebenaran Mulia.
1) Dukha-Satya,
yaitu hidup dalam segala bentuk adalah penderitaan.
2) Samudaya-Satya,
yaitu penderitaan disebabkan karena manusia memiliki keinginan dan
nafsu.
3) Nirodha-Satya,
yaitu penderitaan itu dapat dilenyapkan (moksa) dan orang mencapai nirwana (kebahagiaan) dengan membuang segala keinginan dan nafsu.
4) Marga
- Satya, yaitu jalan untuk mencapai pelenyapan
penderitaan
sehingga dapat masuk ke dalam nirwana adalah
Delapan Jalan Utama (asta- arya-marga),
yaitu keyakinan yang benar, pikiran yang benar,
perkataan yang benar, perbuatan yang benar, perhatian yang benar, dan semedi yang benar.
Dalam
hukum karmasamsara, menusia terikat oleh perbuatannya (karma)
pada roda kehidupannya (cakra). Dari lahir hingga kematiannya,
manusia berpindah-pindah tempat pada berbagai alam dan ruang, yakni kamaloka
(alam indra dan nafsu), rupaloka ( alam tanggapan), dan arupaloka
(alam bebas dari keinginan, nafsu, dan pikiran).
Dengan menjalani Marga - Satya, orang dapat mencapai
penerangan tertinggi (bodhi), yakni bila jiwa, batin, atau diri
manusia secara sempurna dibebaskan dari segala ikatan ketiga ilusi besar
tentang adanya roh, diri dan dunia, karena ketiga-tiganya sebenarnya adalah
maya atau ilusi belaka. Dengan demikian, orang mencapai kebahagiaan (suka),
keamanan (bahaya), dan kedamaian (shanty) yang
olehnya ketiga ilusi besar tadi diganti dengan tiga kebenaran, yakni tanpa diri
(anatman), tiada apa-apa (anitya), dan kekosongan
sempurna (sunya). Inilah yang dinamakan nirvana;
kelenyapan diri yang total. Inilah jati segala-galanya dan merupakan
kebahagiaan sempurna.
Terdapat
tiga aliran pokok dalam Budhisme yang disebut Tryana, yaitu: Theravada
(yang disebut juga sebagai Hinayana),Mahayana, dan Wajrayan
( yag disebut juga sebagai Tantrayana).
1) Dalam
Theravada (Hinayana), penganut-penganutnya mencari keselamatatan secara individual, sehingga hanya sedikit orang yang dapat mencapainya.Oleh karena itu dinamakan
Hinayana.
2) Dalam
Mahayana orang yang sudah memperoleh penerangan tertinggi menunda saat mencapai nirwana untuk menolong orang lain, aliran ini disebut Mahayana. Dalam
Mahayana. Diri Budha diberi
kedudukan transenden ( di luar segala kemampuan manusia) dan disembah sebagai dewa yang dapat
dimintai perantaraannya. Aliran
inilah yang juga berkembang di Indonesia, sehingga tanpa banyak kesulitan dapat memasukkan diri dalam
agama-agama monotheis.
3) Dalam
Wajrayana ( yang berarti kendaraan intan), Buddha dipandang sebagai dhat (pribadi
yang gemilang bagaikan intan) yang
menjadi asal dan tujuan hidup manusia.
4. Hari
Raya Agama Budha
Agama Buddha memiliki beberapa hari raya penting yaitu : Waisak, Kathina,
Asadha. dan Magha Puja. Di Indonesia hari raya Waisak dijadikan
sebagai hari libur nasional.
Penganut
Budha merayakan Waisak sebagai peringatan tiga peristiwa penting dalam agama
Budha, yaitu hari kelahiran Pangeran Siddharta (nama sebelum menjadi Budha),
hari pencapaian Penerangan Sempurna Pertapa Gautama, dan hari Sang Budha wafat
atau mencapai nirwana/nibbana. Hari Waisak juga dikenal dengan nama Visakah
Puja atau Budha Purnima di India, Vesak di Malaysia dan Singapura, Visakha
Bucha di Thailand, dan Vesak di Sri Lanka. Nama ini diambli dari bahasa
Pali “Wesakha”, yang pada gilirannya juga terkait dengan “Waishaka” dari bahasa
Sanskerta.
Agama Konghucu berasal dari Cina daratan dan yang dibawa oleh para
padagang Tionghoa dan imigran. Diperkirakan orang Tionghoa tiba di kepulauan
nusantara pada abad ketiga Masehi.
1) Pendiri
Agama Konghucu
Konghucu
adalah nabi dan pendiri agama Konghucu.
Ia lahir di Kota Tsow di Ngeri Lu, di dataran Cina. Ia
ditinggalkan oleh bapaknya ketika
masih berusia 3 tahun dan pada usia 26 tahun ibunya
juga meninggal dunia. Sejak kecil ia suka berdoa. Dalam permainan dengan teman sebayanya, ia suka memerankan diri sebagai seorang yang memimpin doa. Pada
masa mudanya ia sangat berhasil dalam
tugasnya di dinas pertanian dan peternakan. Ia berhasil
menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur.Konghucu tumbuh menjadi seorang yang jujur,hidup sederhana, dan suka memberi nasihat kepada orang lain.
Ia dikenal sebagai guru dan
pemimpin yang bijaksana. Ajaran -ajaran Konghucu terus dipelihara oleh pengikutnya dan dihayati secara pribadi sebagai jalan hidup.
2) Inti
Ajaran Konghucu
Konghucu sangat mementingkan ajaran
moral.Jika setiap orang dapat
mengusahakan keharmonisan dengan sesama, dengan alam, dan dengan Tuhan maka akan tercipta perdamaian Allah. Tujuan hidup yang dicita-citakan dalam Konghucu
adalah menjadi seorang Kuncu (manusia
budiman).
Seorang Kuncu adalah seorang yang
memiliki moralitas tinggi yang mendekati
moralitas Sang Nabi (Konghucu). Agama Konghucu sangat
menghormati arwah leluhur. Tuhan Yang Maha Esa disebut Tuhan.
3) Hari
Raya Agama Konghucu
Imlek adalah hari raya umat Konghucu. Imlek merupakan hari pergantian tahun baru Cina atau Tiongkok. Di
Indonesia hari raya ini ditetapkan
sebagai hari libur nasional sejak masa pemerintahan Presiden Abdulrahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Soekarno Putri.
4) Agama
Konghucu di Indonesia
Agama Konghucu pada zaman Pemerintahan
Presiden Soekarno diakui sebagai
agama resmi di Indonesia. Karena politik pemerintahan
Orde Baru, agama Konghucu tidak diakui sebagai agama
yang resmi oleh pemerintah Indonesia. Baru pada pemerintahan Presiden Abdulrahman Wahid , agama Konghucu mendapat angin segar kembali.
Kebijaksanaan Presidean Abdulrahman Wahid itu juga diteguhkan oleh
Presiden berikutnya, Megawati Soekarno
Putri.
VI. AGAMA
ASLI DAN ALIRAN KEPERACAYAAN
1) Agama Asli
Agama asli masih tetap berpengaruh secara mendalam pada hidup
keagamaan banyak orang, yang telah
menganut salah satu agama yang ada
di dunia, khususnya agama Kristen-Katolik. Unsur ajaran kosmis dari agama-agama aslilah yang masih cukup banyak terdapat
dalam hidup keagmaan orang-orang
Indonesia di berbagai daerah.Ajaran
kosmis yang dimaksud adalah ajaran tentang jagad raya, yaitu bagaimana itu dijadikan, bagaimana
perkembangannya, dan bagaimana
cara menggunakannya.
a) Dasar dan ajaran
Dasar yang mendalam
dari agama-agama suku adalah dongeng-dongeng
mengenai ciptaan yang di dalamnya terdapat hubungan
ke-Allah- an dengan ciptaan. Ada dua
tema pokok dari cerita-cerita penciptaan yaitu:
(1) Perang
suci antara dunia atas dan dunia bawa atau perkawinan suci antara surga dan
dunia. Keduanya disusul dengan perceraian.
(2) Keterangan
tentang terjadinya bermacam-macam tumbuh-tumbuhan yang diperlukan oleh manusia
untuk dapat hidup, dan tentang kenyataan bahwa manusia akan mati sutau saat.
Cerita-cerita penciptaan tersebut dimaksudkan untuk
menerangkan terciptanya alam semesta, dunia, musim, pergantian terang dan gelap
dan sebagainya, dan menunjukkan fungsi segala sesuatu. Pengaturan Allah atau
Dewa mereka atas alam semesta setiap manusia, tumbuh-tumbuhan, hewan dan setiap
kejadian mempunyai tempat yang penuh arti. Masing-masing harus berbuat sesuai
dengan hal itu dan wajib menaati peraturan-peraturan dan larangan-larangan
tertentu.
Dalam agama asli atau
suku inilah pada umumnya timbul kepercayaan bahwa tidak hanya manusia saja
berjiwa, tetapi juga tumbuh-tumbuhan dan hewan. Oleh karena itu, mereka sangat
menghormati alam. Sebagian besar agama-agama asli juga percaya bahwa seorang
yang telah meninggal tetap berhubungan denganpara anggota suku yang masih
hidup.Orang-orang yang sudah meninggal tersebut mempunyai pengaruh langsung dan
kuat atas orang-orang yang masih hidup. Kebanyakan dari mereka juga mengenal
imam-imam yang bertugas mempertahankan hubungan orang-orang yang masih hidup
dengan nenek moyang, dewa-dewa, jin-jin, dan setan-setan.
b) Agama-agama asli di
Indonesia
Berikut beberapa agama asli yang ada di
Indonesia:
-
Lera Wulan Tana Ekan di Flores Timur dan
Lembata,
-
Wiwitan di Sunda,
-
Aluk To Dollo di Sulawesi,
-
Sabulungan di Mentawai,
-
Merapu di Sumba,
-
Kaharaingan di Kalimantan, dan lain.
Ada
juga yang disebut agama-agama suku, seperti yang dianut penduduk-penduduk di
beberapa pulau di sebelah barat Sumatra, beberapa suku kecil dan bagian suku-suku
yang besar di Sumatra, kelompok-kelompok besar dari suku Dayak di Kalimantan,
Toraja di Sulawesi, dan penduduk Pulau Sumba dan penduduk Irian Jaya.
Selai
itu, masih terdapat apa yang kini dinamakan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, yang menurut negara sama kedudukannya dengan agama dalam hal pengalaman
Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Aliran
Kepercayaan
a) Dasar
dan ajaran
Aliran kepercayaan dalam dokumen Nostra
Aetate disebut juga kepercayaan terhadap Yang Mahatinggi. Aliran ini
mementingkan sikap batin dan berkisar pada ilham diri sendiri, yakni:
-
peningkatan integritas diri manusia,
-
pengalaman batin bahwa diri pribadi beralih ke kesatuan dan persatuan yang lebih tinggi, dan
-
partisipasi dalam tata tertib sempurna yang mengatasi daya kemampuan manusia
biasa.
Aliran kepercayaan berusaha untuk
meraih kesempurnaan hidup dengan jalan mencapai budi yang luhur. Hal tersebut
dilakukan secara perseorangan atau dalam kelompok-kelompok. Organisasi atau
persekutuan tidak dipentingkan. Aliran Kepercayaan bersumber pada tradisi agama
asli. Aliran kepercayaan juga menanamkan
perasaan keagamaan yang mendalam di dalam hidup para penganutnya.
Aliran
kepercayaan mengajarkan tentang sikap batin dan berkisar pada ilham dari diri
sendiri,yakni:
-
Peningkatan integritas diri manusia
(melawan pengasingan),
-
Pengalaman batin bahwa diri pribadi
beralih ke kesatuan dan persatuan yang lebih tinggi, dan
-
Partisipasi dalam tata tertib sempurna
yang mengatasi daya kemampuan manusia biasa.
Aliran-aliran
kepercayaan ingin mencapai budi luhur untuk meraih kesempurnaan hidup. Hal itu
dilakukan secara perseorangan atau dalam kelompok-kelompok perguruan. “Umat”
dalam aliran kepercayaan sulit dibatasi.Organisasi tidak dipentingkan karena
sumber utamanya adlah tradisi agama-agama asli.
b) Hubungan antara
aliran kepercayaan dan agama asli
Aliran kepercayaan tidak langsung berkembang dari agama asli,
tetapi dari unsur-unsur kebatinan, kerohanian, atau mistisisme dan kejiwaan
yang mengembangkan budi pekerti serta adat etis, sudah ada dalam agama-agama
asli di seluruh nusantara. Agama-agama asli di Indonesia dalam peredaran zaman
mengalami banyak tantangan, tidak hanya dari yang disebut “agama internsional”,
tetapi juga dari perkembangan kebudayaan dan modernisasi.
Menurut kepercayaan
asli, seluruh alam merupakan satu kesatuan sakral yang didekati menusia melalui
sistem penggolongan dan pembagian. Pandangan hidup ini tidak cocok dengan alam
pikiran modern, dan memaksa para penganut agama asli mengubah cara berpikir dan
mereka menemukannya pada aliran kepercayaan itu. Orang mulai menggali harta
terpendam dari pusaka kebudayaan asli. Dengan demikian tradisi nenek moyang
berkembang menjadi suatu kebudayaan rohani, yang unsur-unsurnya menyangkut
perilaku, hukum, dan ilmu suci.
c) Ibadat dan pembinaan
Unsur Ibadat menjadi
amat sederhana, sebab yang pokok adalah kesadaran dan keyakinan, serta hati
nurani. Pertemuan-pertemuan diarahkan pertama-tama kepada pembinaan hati;
meneguhkan tekad dan kewaspadaan batin, serta menghaluskan budi pekerti dalam
tata peragaulan. Tujuannya adalah pendidikan, bukan kebaktian, sebab setiap
orang menemukan Tuhan dalam hatinya sendiri.
Dengan membersihkan
hati serta mengembangkan kedewasaan rohani, maka dengan sendirinya ia berbakti
kepada Allah. Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dimaksudkan sebagai
pernyataan dan pelaksanaan hubungan pribadi dengan Allah yang diwujudkan dalam
perilaku ketakwaan terhadap Tuhan. Peribadatan merupakan merupakan pengalaman
budi luhur, bukan suatu kebaktian lahiriah, sehingga tidak ada tempat atau
petugas ibadat. Semua bersifat batiniah.
d) Sikap Gereja Katolik
terhadap aliran kepercayaan dan agama asli.
Sejak Konsili Vatikan
II Gereja dengan penuh keyakinan menegaskan bahwa iman dan wahyu orang bukan
Kisten dapat bersifat menyelamatkan dan bahwa Gereja harus menolak ‘semua
sarana yang memaksa’ dalam pewartaan imannya. Sarana-sarana yang dimaksud
tersebut adalah semacam sifat fanatisme berlebihan dan sifat menakut-nakuti
kebudayaan lain. “Gereja Katolik tidak menolak apa pun, yang dalam agama-agama
itu dianggap benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus, Gereja merenungkan
cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah, serta ajaran-ajaran, yang memang
dalam banyaj hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi
tidak jarang memantulkan sinar kebenaran, yang menerangi semua orang” (NA art.
2).
Dalam pernyataan ini
dapat dilihat bahwa di dalam lembaga Gereja dan institusi serta tradisinya,
dalam orang-orang kudus dan kitab-kitab sucinya, ‘pesan Kristiani’ secara aktif
disingkapkan oleh Roh Kudus di tengah-tengah kita dan melampaui
rintangan-rintang budaya, seturut janji yang Yesus berika kepada para
RAsul-Nya.
Demikian gamabran agama-agama yang ada di Indonesia dan dunia
pada umumnya. Pengenlan akan agama-agama itu, dapat membantu kita untuk saling
menghargai dan membangun sikap toleransi dan menjauhi sikap fanatisme agama
yang berdampak pada penolakan terhadap penganut agama lain.
Tangerang, 04 Desember 2019
****Sumber:
1)
Hardawirjan, R. (penterj).1993. Dokuman
Konsili Vatikan II. Jakarta: Obor.
2)
Jehandut, Bonefasius. Uskup Wilhelmus van Bekkum & Dere Serani. Jakarta:
Nera Pustaka,2012
3)
Komisi Teologi KWI.2011. Semakin
Mengindonesia, 50 Tahun Hierarki. Yogyakarta:
kanisius.
4)
Lalu ,Yosef, Pr. Agama Membantu Manusia Menggumuli Makna Hidupnya (seri 2),
Kanisius, 2010
5)
Samartana.Th, dkk.2001 .Pluralisme,
Konflik dan Pendidikan Agama di Indonesia. Yogyakarta: Interfidei.
Komentar
Posting Komentar